Pada awal abad ke 12 (dua belas) yaitu periode Genpai, Jusitsu merupakan seni bela diri khusus kaum militer, hampir semua para samurai mempelajari Jumitsu sebagai seni perang dalam membekali dirinya menghadapi lawan yang mengandalkan keterampilan anggota badannya selain ilmu menggunakan pedang panjang yang selalu dibawanya.
Dalam perkembangan selanjutnya, pada awal periode Tokugawa yaitu pada awal abad ke 17 terdapat banyak beberapa Jumitsu yang menguasai teknik tertentu yang merupakan ciri khusus dari perkumpulannya atau sekolahnya (RYU) sehingga pada masa itu terdapat banyak sekolan Jimitsu di berbagai pelosok Negara Jepang. Pada masa tersebut merupakan masa damai sehingga ilmu bela diri bukan lagi monopoli kaum militer, sehingga berlatih ilmu bela diri Jumitsu tidak saja berlatih bela diri tetapi juga berlatih “membentuk watak” seseorang.
Salah satu sekolah yang terkenal saat itu adalah TAKEUCHI. RYU (1530). Disini di pelajara berbagai teknik atau waza seperti : cara memutar sendi, cara memukul, dan menendang, cara membanting serta cara mengikat lawan dengan tali.
Sekolah Jujitsu yang lain SEKIGUCHI – RYU (1620), selain di ajarkan berbagai teknik mengunci, memukul, dan menendang, serta membanting, disini yang menjadi andalanya adalah cara jatuh atau UKEMI. Dasar Ukemi Waza di mulai pada waktu pendidri RYU ini melihat seekor kucing setinggi dua tingkat lau tiba-tiba kucing itu terjatuh di atas keempat kakinya tanpa cidera. Dengan melihat kejadian tersebut maka iapun berlatih dengan menjatuhkan diri dari tempat ketinggian berulang-ulang sampai berhasil melakukan Ukemi tanpa cidera.
Lahinya Kodoka Judo
Prof. Jigoro Kuno di lahirkan pada tanggal 28 Oktober 1860 dan merupakan putra ketiga Jirosaka Mereshiba Kano, pada masa kanak-kanak ia di panggil sebagai Shinmosuke. Ayah Jogoro Kano bekerja sebahgai pelaut sehingga jarang ada dirumah, jadi sebagian besar pendidikan dirumah ia dapatkan dari ibunya.
Pada tahun 1870, Jigoro Kano mulai masuk sekolah dan di sekolah ia lebih menguasai bahasa asing seperti bahasa Inggris dan Jerman, sehingga pada tahun 1870 ia memasuki “Tokyo School of Forigen Languages” dan pada tahun 1881 ia lulus pada tokyo Imperial university dab memperdalam ilmu perpustakaan, politik, dan politik ekonomi. pada tahun 1882 ia menjadi staf pengajar kemudian menjadi profesor di Gakushin.
Pada tahun 1877 Jikoro Kano untuk pertama kalinya mempelajari Jujitsu pada TENSHIN SHINYO RYU di bawah asuhan HACHIHOSUKE FUKUDA dan MASAMOTO ISO, disini ia belajar teknik-teknik bergumul serta mematahkan sendi dan teknik lainnya yyang menjadi andalan sekolah ini, setelah berlatih selam sua thun gurunya HACHIHOSUKE FUKUDA meninggal dunia, lalu Jikoro Kano berpindah sekolah yang lain ke KITO RYU dan berlatih di bawah asuhan TSUNETSOSHI LIKUBO yang mempelajari teknik-teknik lemparan/bantingan. Setelah berlatih selama 5 tahun Jikoro Kano menjadi kuat baik fisik maupun mental.
Dibawah suhan Likubo, Jikoro Kano menemukan prinsip dari judo yaitu teknik HAPPO NO KUZUSHI (8 arah menghilangkan keseimbangan badan). Teknik ini di temukan Jikoro Kano setelah ia selalu di banting oleh gurunya dengan mudah, Akhirnya Jikoro Kano sampai pada suatu kesimpulan bahwa suatu pengmbilan teknik banting akan berhasil bila keseimbangan lawan telah di hilangkan dan ini merupakan pokok dasar teknik paling penting dalam Judo.
Melihat teknik-teknik Jujitsu adalah berbahaya maka Jikoro Kano melakukan perubahan dan menciptakan teknik yang dapat di pakai untuk randori dan ia menamakannya JUDO. JUDO terdiri dari 2 suku kata yaitu JU dan DO, dimana arti kata JU adalah kelembutan (gentleness) atau memberi jalan (giving way) dan arti katra DO adalah cara, jadi JUDO artinya cara yang lembut (halus).
Karena merasa berkewajiban untuk mengajarkan kepada bangsanya dan dunia pada umumnya maka pada tahun 1882 Jigoro Kano membuka DOJO (ruang latihan) yang berukuran kecil dengan jumlah tatami 12 buah du kuil Budha EISO di tokyo dan sisebut KODOKA, dengan murid pertamanya 9 orang. Tujuan berlatih Judo pada saat itu adalah untuk meningkatkan kekuatan fisik, dapat membela diri bila di serang lawan dan membangun watak mental para muridnya melalui Judo.
Pada awal perkembangannya Kodoka Judo mengalami banyak hambatan serta pengorbanan perasaan akan tetapi dengan penuh ketabahan dan perasaan tanggung jawab maka segala kesulitan tersebut dapat di atasi sehingga Kodoka Judo mendapat pengakuan dari masyarakat Jepang. Akan tetapi walaupun demikian Kodoka Judo masih belum mendapatkan pengakuan dari Jujitsu yang merasa di saingi, sehingga terjadilah bentrokan antara Jujitsu dan Kodoka Judo.
Pada tahun 1886 atas prakarsa kepala ” Metropolitan Police” maka diadakan suatu pertandingan yang besar antara kedua sekolah tersebut, tiap-tiap sekolah memajukan 15 orang murid. Dalam pertandingan tersebut 13 orang murid Kodoka Judo mendapatkan kemenangan mutlak dan 2 orang liannya mendapatkan hasil seri, kemenangan yang gemilan tersebut membuktikan Kodoka Judo mempunyai banyak kelebihan dibanding dengan semua aliran Jujitsu bukan hanya dalam hal prinsip, tetapi juga mempunyai kelebihan dalam hal teknik.
Sejak saat itu Kodoka Judo mengalami kemajuan yang pesat, sehingga perkembangan tidak hanya di Jepang tetapi juga berkembang di luar Jepang yaitu Eropa dan ke Amerika. Diantara murid Jigoro Kano terdapat 4 murid yang menonjol kemampuannya dan menjadi Kodoka Judo termashur diantaranya : Shiro Saigo, Tsunejiro Tomita, Yoshiaki Yamashita dan Sakujiro Yokotama.
Pada tahun 1902, Yoshiaki Yamashita beserta istrinya mendapat undangan dari Gedung Putih untuk berkunjung ke Amerika Serikat dan mendapatkan kehormatan untuk mengajarkan Judo bagi presiden Theodore “Teddy” Roosevelt dan Keluarganya. Nyonya Yamashita juga mempunyai profesi serupa yaitu mengajarkan Judo dikalangan masyarakat kelas atas.
Untuk mengembangkan Judo lebih terkenal maka Jigoro kano telah beberapa kali mengunjungi China, Eropa, dan Amerika. Pelajaran Judo diberikan dalam bahasa Inggris dan bahasa Jerman.
Naah, demikian kami sampaikan sejarah singkat tetang awal mulanya terciptanya Judo. Terimakasih sudah berkunjung di aak-sahare.com dan semoga bermanfaat.